Skip to main content

diskusi cabik teater wadas

beberapa pertanyaan yang membuat para teater awan menjadi takut atau bingung, bahkan dengan kekhawatirabn tersebut malah menjadikan para pelau kesenian teater belajar banyak hal, kali ini saya akan mengeshare tentang beberapa pertanyaan yang muncul dalam beberapa diskusi setelah pementasan #cabik #teaterwadas pada tanggal salah satu teater uin walisongo  pada tanggal 15,juni 2016.
>saya rasa pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi bisa dilihat polanya
>tidak semua pertayaan adalah bertanya ada yang sifatnya menyerang, sebagai idealitas, sebagai keberadaan, karena setia apa yang dilakukan bisa jadi apa yang diinginkan dituju dirasa dan di lainya.
>sebuah pertanyaaan yang bagus adalah yang mendapatkan respon dari penanya lain atau dari penjawab istilahnya belum menjawab tapi sudah punya gambaran jawaban dari pertanyaan.
>arah diskusi bisa mengarah kemanapun.

dengan modal diatas harapan penulis adalah bisa mengekstrak pementasan mengetahui jawaban sebelum penanya datang, tidak perlu ada yang ditakuti kalau kita sudah tau siapa kita dan lawan kita

beberapa pertanyaan yang muncul dalam diskusi tersebut diantaranya




1. pertanyaan yang berisikan tehnis panggung
hal tersebut seperti ini kok tadi ada aktor yang memekai gelang lalu ditanyakan oleh audien
2. apa yang ingin disampaikan oleh sutradara? atau penulis? dua hal ini sangat sering ditanyakan saat diskusi, misal dari maksud adegan, suara yang dihadirkan visual panggung danlain-lain. atau bahkan maksud penulis dan sutradara yang berbeda
3. target sutradara dan jutuan
4. kesulitan dalam berproses


Comments

Popular posts from this blog

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari SIANG ITU MATAHARI MEMBARA DI ATAS KEPALA.   DI SEBUAH SIDING PENGADILAN TERHADAP SEORANG PEREMPUAN YANG TERTUDUH TELAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN TERHADAP MAJIKANNYA, AKU SEPERTI DIDERA UCAPANNYA.   SEPERTI DILUCUTI HINGGA TANGGAL SELURUH ATRIBUT PAKAIAN BAHKAN KULIT-KULITKU.   PEREMPUAN ITU, BERNAMA SUMARAH, TKW ASAL INDONESIA.   DINGIN DAN BEKU WAJAHNYA.   DAN MELUNCURLAH BAIT-BAIT KATA ITU : Dewan Hakim yang terhormat, sebelumnya perkenankan saya meralat ucapan jaksa, ini bukan pembelaan.   Saya tidak merasa akan melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri, karena ini bukan pembenaran.   Apapun yang akan saya katakana adalah hitam putih diri saya, merah biru abu-abu saya, belang loreng, gelap cahaya diri saya.   Nama saya Sumarah.   Seorang perempuan, seorang TKW, seorang pembunuh, dan seorang pesakitan.   Benar atau salah yang saya katakana menurut apa dan s

Monolog KAUS KAKI BOLONG

Monolog KAUS KAKI BOLONG Karya Hermana HMT PANGGUNG TERASA MAGIS. SUASANA DIBANGUN OLEH BUNYI ALAT MUSIK GESEK YANG DIPADU DENGAN SUARA ORANG-ORANG BERGUMAM. DI TENGAH PANGGUNG TAMPAK SATU SOSOK TUBUH TERBARING KAKU, TERTUTUP KAIN BATIK SEPERTI MAYAT DAN DI BELAKANGNYA BERDIRI SEBUAH KURSI LIPAT. NGIGAU Ini bukan salahku ! Aku tidak tahu menahu soal itu. Sungguh ! Tidak. Tidak! Jangan pandangi aku seperti itu. Aku…aku.. ahhh ! LAKI-LAKI ITU BERDIRI. IA MENATAP KE SEGALA PENJURU, YANG MANA TIAP LIRIKANNYA CUKUP PELAN DAN MENGANDUNG MISTERI Kenapa kalian pandangi aku seperti itu ? Jangan asal, ya ! Memangnya aku ini apa ? Aku bukanlah barang antik yang suka di pajang di etalase-etalase, atau bintang film murahan koliksi para cukong, apalagi doger monyet yang sering ngamen di pasar malam ! Oh, barang kali kalian suka sama aku. Suka, ya ? Heh ! Tidak ? Ah suka. Jangan munafik deh. Tu kan…tu kan suka. MELUDAH Pu

Naskah Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya

Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya DUDUK DI KURSI MEMAKAI SELIMUT PUTIH, HABIS CUKUR. CAMBANGNYA MAU DI KEROK.             Ketika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya dengan rimba raya. Mengancam. Di mana-mana menganga bahaya. Siapa yang dapat menjamin tukang cukur itu tidak hanya akan merapikan godek dan jenggot kita. Bagaimana kalau dia menorehkan pisah itu ke leherku? BERDIRI, MENGHINDARI BAHAYA. Kita tidak boleh mengambil resiko untuk potong rambut di sembarang tempat. Karena berhubungan dengan tukang potong rambut yang tak dikenal, setiap saat bisa berarti memotong leher. Bahkan dengan tukang cukur yang sudah dikenal pun selalu ada bahaya. Bagaimana kalau pisau yang terhunus di tangannya itu menimbulkan inspirasinya, memanggil kenang-kenangannya kepada perasaan marah, jengk