Skip to main content

naskah Lakon 1 Hari 11 Mata di Kepala Karya Radhar Panca Dahana















Lakon
1 Hari
11 Mata di Kepala
Karya Radhar Panca Dahana













BABAK PERTAMA


SEBUAH RUANG. BERAPAPUN BESARNYA. KOSONG. BISA GELAP, BISA TERANG, BISA SURAM. TAK ADA PERISTIWA. TAK ADA APA-APA. SEPERTI POTRET YANG DIAM, DUA DIMENSI. IA DAPAT DIISI ATAU BERISI APA SAJA. KURSI, TEMPAT TIDUR, LAMPU, LEMARI, LUKISAN DINDING: SEBUAH KAMAR TIDUR. BISA, SEBUAH DAPUR DENGAN SEGALA PERABOTANNYA. BISA, SEBUAH TAMAN DENGAN KURSI (YANG BERISI ATAUPUN TIDAK). BISA SEBUAH WARUNG TEGAL. BISA KOSONG SAJA. BISA APA SAJA. SEMUA DIAM. SEPERTI POTRET BISU.
HINGGA MUNCUL WAKTU. YANG MEMBERI RUANG SEBUAH GERAK, SEBUAH PERISTIWA. BISA DIMULAI DARI RUANG MANA SAJA, DALAM PILIHAN APA SAJA (SEPERTI DI ATAS). DAN PERISTIWA TERJADI OLEH APA DAN SIAPA SAJA YANG MENGISI RUANG PERTUNJUKAN AWAL INI. APA DAN SIAPA SAJA YANG DAPAT MENJADI AKTOR DI BABAK INI.

SEORANG YANG BERJALAN PELAN DARI TEMPAT TIDUR KE MEJA KERJA ATAU KACA RIAS, MISALNYA. SEEKOR KUCING YANG MELINTAS TAMAN, DISUSUL TIKUS YANG SEOLAH MENGEJARNYA, BISA SAJA. ATAU TEKO TEH POCI YANG MENGANGKAT DAN MEMIRINGKAN DIRINYA UNTUK MENUANGKAN ISINYA KE SEBUAH CANGKIR, HINGGA AIR TEH ITU LUBER, MENIMBULKAN KERCIK YANG HENING.

SEBUAH PERISTIWA TERJADI. KARENA RUANG. DAN WAKTU YANG MENGISINYA.

LALU DATANG PENENTU KETIGA: CINTA. DIMENSI KELIMA YANG MEMBUAT SEMUA PERISTIWA ITU HIDUP BAGI MANUSIA. SEMUA PERISTIWA MENJADI RASA, JADI CIPTA, JADI KARSA. MENJADI SESUATU YANG BERIRAMA. DENGAN KONFLIK, KERJASAMA, ATAU KOMPLEKS HIDUP LAINNYA. MENJADI ADAB. JADI BUDAYA.

ANTARA LAIN DENGAN KATA-KATA. ANTARA LAIN DENGAN RELASI ANTARA PARA AKTORNYA.

RUANG DAN WAKTU PERTAMA BABAK INI, MISALNYA, DAPAT BERISI MONOLOG ATAU SEKADAR GERUTUAN SESEORANG DI KAMAR TIDUR DI ATAS. ATAU KUCING YANG MENGEONG KERAS DIBURU CICIT TIKUS YANG MELENGKING MENGERIKAN. ATAU SUARA TEKO POCI YANG TIBA-TIBA PECAH, MEMBUNCAHKAN ISI DI DALAMNYA KEMANA-MANA.

HIDUP PUN TERJADI. SEBUAH PANGGUNG TEATER PUN ADA.

SEJARAH PUN DIMULAI.

DAN IA MELINTAS, BERRANGKAI, LINEAR, ANAKRONIS ATAU MEMECAH KEMANA SAJA. BISA DI DALAM SEBUAH RUANG, WAKTU DAN CINTA; BISA DI LUARNYA. BISA MELIBATKAN (AKTOR) APA SAJA: POCI TEH, KACA RIAS, TIKUS, SUARA RADIO, MANUSIA, JAM DINDING, WAKTU SIANG, HUJAN…APA SAJA.

BISA: BERAWAL DARI KAMAR TIDUR DIMANA BERLANGSUNG KEHIDUPAN, SESEORANG BERJALAN DARI TEMPAT TIDUR KE KACA RIAS, SAMBIL MENGGERUTU TENTANG ISTRI/SUAMINYA, MENYISIR RAMBUT, MEMBERSIHKAN GIGI DAN TELINGA DAN TIBA-TIBA MENGHANTAM KACA RIAS HINGGA HANCUR BERANTAKAN.

SEJARAH BERLANGSUNG, ADAB TERCIPTA, KETIKA HIDUP YANG LAIN MUNCUL.

BISA DI DALAM (DI SEBAGIAN) RUANG TIDUR TADI, BISA DI LUARNYA.
BISA: CLOSE—UP DI TEMPAT TIDUR, SESEORANG TERBARING KAKU, HANYA SUARA NAFASNYA TERDENGAR DARI PERLAHAN HINGGA MEMBURU, LALU SEKONYONG BERHENTI, SENYAP, DAN BEKU. LAMPU PERLAHAN REDUP DAN GELAP (BLACK OUT)

BISA: LALU SEJARAHUANG BERPINDAH KE RUANG LAIN, DALAM JARAK TERTENTU DARI RUANG TIDUR TADI. MUNGKIN DI SEBUAH DAPUR, DIMANA SESEORANG BEGITU SIBUK MEMPERSIAPKAN SEGALA YANG DIPERLUKAN UNTUK –MUNGKIN—SEBUAH MAKAN MALAM ATAU MAKAN SIANG. TAK ADA SUARA KECUALI BUNYI-BUNYI YANG DIHASILKAN PERALATAN DAPUR YANG BERADU, JUGA BAHAN-BAHAN MASAKAN.

SAMPAI HIDANGAN PUN TERSAJI DENGAN KEPUL ASAP PANASNYA, AROMA MASAKAN YANG MENGGODA DAN TATANAN MEJA YANG MENAWAN. LALU SESEORANG ITU, MENGAMBIL SATU PERSATU MAKANAN ITU, MEMBUANGNYA TANPA RAGU KE TEMPAT SAMPAH, MENGUMPULKAN BEKAS PERALATAN MAKANANNYA, MENCUCINYA HINGGA BERSIH. DAN IA MULAI LAGI UPACARA YANG SAMA: MEMPERSIAPKAN DENGAN CEKATAN DAN TANPA SUARA DI MULUTNYA HIDANGAN ISTIMEWA SEPERTI YANG IA KERJAKAN DI AWAL.

LAMPU MAKIN TERANG, TERANG, TERANG SEKALI HINGGA ORANG SILAU DAN TAK MAMPU MELIHAT DENGAN JELAS APA YANG ADA DI ATAS PANGGUNG. DAN TIBA-TIBA BLACK OUT.

SEJARAH BERLANGSUNG. PINDAH KE RUANG LAIN. BISA: SEBUAH SUDUT KOTA (DAERAH URBAN) YANG KUMUH, REMANG, LUSUH, DINDING TUA DAN RUSAK, ATAU GELANDANGAN MEMBUSUK DI BAWAH KARTON BASAH. BEBERAPA LAMA TERJADI HENING. HINGGA KEMUDIAN MASUK SEEKOR ANJING, MENGAIS BENDA-BENDA APA SAJA DI SEKITAR SUDUT ITU. TAK MENEMUKAN APA-APA, SAMPAI AKHIRNYA IA SAMPAI PADA MAYAT GELANDANGAN ITU. DENGAN GIGINYA IA MENGGESER KARTON BASAH YANG MENUTUPINYA. MENATAP MAYAT ITU DENGAN SEKSAMA, TERTEGUN, LALU PERLAHAN MEMUNDURKAN LANGKAH HINGGA DI SATU TITIK IA BERHENTI, MEMBALIK DAN LARI PERGI BEGITU CEPATNYA. SEJARAH PUN TERUS BERLANGSUNG. ADAB TERUS DICIPTAKAN. DI PANGGUNG YANG SAMA. DI WAKTU YANG SAMA.

RUANG DAN RUANG MUNCUL DAN MENGUNGKAP DIRINYA SATU-PERSATU. MENJALIN PERISTIWA SATU DENGAN YANG LAIN, ATAU TIDAK SAMA SEKALI. BISA LIMA HINGGA SEPULUH (BAHKAN TAK TERBATAS) RUANG BERMUNCULAN BERGILIRAN. BOLEH JADI TUMPANG TINDIH.

ADA DUA-TIGA ATAU LEBIH HIDUP DALAM RUANG, WAKTU, DAN CINTA YANG SEAKAN BERHUBUNGAN. BAHKAN KEMUDIAN MELAKUKAN KONTAK SATU DENGAN YANG LAINNYA. BAIK ANTARA RUANG, WAKTU DAN CINTA ITU, MAUPUN DI ANTARA PARA AKTORNYA.

TAPI INILAH INTINYA: PERJUMPAAN, KONTAK, ATAU RELASI ITU, TAPI SETELAH MEREKA MENDEKAT, BAHKAN MENYATU, KITA SADAR BAHWA TIDAK ADA HUBUNGAN YANG TERJADI SEBENARNYA. MEREKA HIDUP SENDIRI-SENDIRI, BEREKSPRESI SENDIRI, MEMILIKI DUNIA SENDIRI-SENDIRI, BICARA SENDIRI-SENDIRI, BERTINGKAH SENDIRI-SENDIRI, MENCIPTA SEJARAH DAN ADABNYA SENDIRI.

MEREKA BERKOMUNIKASI DAN BERELASI, TAPI KOMUNIKASI DAN RELASI ITU KOSONG BAHKAN PERGI ENTAH KEMANA.

SEJARAH DEMIKIANLAH YANG BERLANGSUNG. INILAH DRAMA INI.

DAN IA AKAN DITUTUP OLEH SEBUAH PANORAMA HIDUP/SEJARAH FOTOGRAFIS. DIMANA RUANG MUNCUL BERGANTIAN DALAM DIMENSI YANG MENGERUT (BOLEH JADI MEMBESAR) . BISA DIMULAI OLEH SEBUAH RUANG STATIS SEBESAR DIMENSI JARAK PANGGUNG YANG ADA. BEBERAPA DETIK, KEMUDIAN MUNCUL RUANG LAIN DI DALAM RUANG PANGGUNG ITU (BISA BAGIAN DARI RUANG AWAL BISA PULA RUANG LAIN TAPI MASIH LEBIH KECIL DARI RUANG AWAL), DITANDAI PERPINDAHANNYA DENGAN SATU KODE WAKTU DAN BUNYI TERTENTU. SEMACAM LENSA KAMERA YANG MENUTUP DAN MEMBUKA DALAM SATU KETIKA.

DENGAN KODE YANG SAMA, RUANG BARU YANG LAIN PUN MUNCUL, DALAM UKURAN YANG LEBIH KECIL. DENGAN KODE YANG SAMA, RUANG BARU YANG LAIN PUN MUNCUL, DALAM UKURAN YANG LEBIH KECIL LAGI. DENGAN KODE YANG SAMA, RUANG BARU YANG LAIN PUN MUNCUL, DALAM UKURAN YANG LEBIH KECIL LAGI. BEGITU SETERUSNYA, HINGGA AKHIRNYA RUANG ITU BEGITU KECILNYA, SEHINGGA HANYA KIBASAN CAHAYA KECIL SAJA YANG TAMPAK OLEH MATA.

LALU GELAP TOTAL. BLACK OUT.





BABAK KEDUA

SEJARAH SATU


DI SEBUAH KAMAR TIDUR. TIDAK BESAR, HANYA 2 x 2 METER.
SEBUAH TEMPAT TIDUR KECILDI BAGIAN KIRI DENGAN SELIMUT DAN BANTAL YANG BERANTAKAN. WARNA SURAM DI SEKITAR TEMPAT TIDUR ITU. SESEORANG DUDUK DI TEPI TEMPAT TIDUR DENGAN WAJAH YANG MENUNDUK. TUBUHNYA SEDANG, BAHKAN AGAK KECIL. TAK ADA WARNA LAIN SELAIN HITAM DI SEKUJUR TUBUH ITU. SEPERTI SILUET.
DI SISI KANAN, MEJA KERJA DENGAN PERABOTANNYA YANG JUGA TIDAK TERTATA RAPI. GELAS YANG KOSONG, SEBUAH BOTOL MINUMAN YANG JUGA KOSONG. PUNTUNG ROKOK MENYALA DI ASBAK. ASAPNYA MENARI DAN MENGUSAP UDARA, SEPERTI BERNYANYI.

ADA TEMPAT SAMPAH YANG SUDAH PENUH, BAHKAN LUBER ISINYA. PAPAN INFORMASI YANG DITEMPELI BEBERAPA GUNTINGAN KORAN, FOTO-FOTO, TIKET PERTUNJUKAN, TULISAN-TULISAN, DAN SEBUAH PISAU YANG MENANCAP AGAK DALAM.

SEBUAH GANTUNGAN PAYUNG DAN TOPI. TELEVISI 12 INCI YANG MENYALA DENGAN GAMBAR YANG BURAM. SUARA BERISIKNYA MENJADI SATU-SATUNYA MUSIK DI RUANG TIDUR ITU. SEBUAH KACA KECIL MENEMPEL DI DINDING TENGAH, DENGAN SALAH SATU UJUNGNYA YANG SUDAH PICAH. SEBUAH SISIR MENGGANTUNG, PENCUKUR JENGGOT, BOTOL PEWANGI YANG TERBUKA.

LAMPU AGAK TERANG DI SEPUTAR KACA ITU, BERASAL DARI LAMPU BACA DI MEJA KERJA YANG MENYOROT KE ARAHNYA. TAMPAK BOTOL PEWANGI ITU SEPERTI BERGESER PERLAHAN. HMPIR TAK TERLIHAT DAN TAK TERASA, BOTOL ITU MENGGESER KE TEPI KACA TEMPATNYA BERADA. HINGGA KEMUDIAN, WUSSS, PRANG! BOTOL ITU JAUH DAN PECAH DI LANTAI. BAU HARUM YANG ANEH, SEMACAM BAU LAUT BERCAMPUR BAU MELATI DAN SUP JAGUNG PANAS MEREBAK, MENYERBU HALUS SEMUA BULU HIDUNG PENONTON YANG PEKA.

LALU HENING, SEKIAN LAMA. LAMPU SEPERTI PINDAH KE SEBELAH CERMIN, DI MANA SEBUAH PINTU TIBA-TIBA TERBUKA PERLAHAN. LALU TERDENGAR SUARA KEMERCIK AIR, SIKAT GIGI YANG DIGOSOKKAN, DAN BUNYI-BUNYI SESEORANG YANG SEDANG MENGGOSOK GIGINYA. KEMBALI AIR DARI SHOWER TERDENGAR. LALU MATI. DAN PINTU TERTUTUP KEMBALI SENDIRI.

DAN HENING KEMBALI. TAK ADA WAKTU.

HINGGA SOSOK SILUET DI KASUR TAMPAK MENGGERAKKAN TUBUHNYA DENGAN GERAKAN YANG SANGAT KECIL DAN SEDERHANA.

IA KINI TAMPAK MENEGAKKAN TUBUHNYA. TERDIAM SESAAT. MENGHELA NAFAS. HIDUP YANG MULAI HIDUP. SEJARAH YANG DIAWALI. SESEORANG ITU MENGAMBIL SEBATANG ROKOK DARI KANTONGNYA, TEPAT DI SAAT CAHAYA BURAM MULAI MENIMPA WAJAHNYA DAN PERLAHAN MEMENUHI SELURUH TUBUHNYA. MASIH CUKUP SURAM.

SUARA KOREK API, KEMERETEK SIGARET, SEDOTAN ASAP DAN HEMBUSAN ASAP YANG KELUAR PERLAHAN, MENJADI NEBULA DI SEPUTAR KESURAMAN SESEORANG INI. BEBERAPA IA KALI MENYEDOT DAN MENGHEMBUSKAN NAFAS.

SAMPAI KEMUDIAN IA MENGAMBIL AIR PUTIH DI MEJA KECIL SISI TEMPAT TIDURNYA, MENENGGAK ISINYA SEKALIGUS HABIS. TERCENUNG SESAAT, MENYEDOT KEMBALI ROKOK-ROKOKNYA DALAM-DALAM. DAN MULAI MELANGKAH SAAT IA MENGHEMBUSKAN ASAPNYA DENGAN KERAS.

TAPI LANGKAH ITU HANYA BERJALAN SETENGAH. KETIKA IA HENDAK MELEWATI BATAS SURAM TEMPAT TIDUR KE ARAH MEJA KERJA YANG CUKUP TERANG, SESEORANG MENGHENTIKAN LANGKAHNYA. BAHKAN MENGEMBALIKAN KAKINYA KE TEMPAT SEMULA. KEMBALI BERDIRI TEGAK DAN ROKOK YANG DIHISAPNYA BERULANG-ULANG DENGAN EMOSI TERTENTU.

LALU IA BANTING ROKOK ITU DENGAN KERAS KE LANTAI, MENGINJAKNYA DENGAN NAFAS MEMBURU, MEMBUATNYA MATI SEOLAH MEMBUNUH SEEKOR BANTENG BESAR SAMPAI IA TIDAK DAPAT BERJUANG UNTUK SEKADAR MENARIK LAGI NAFASNYA HANYA UNTUK SEKALI.

SESEORANG BERJALAN PELAN, HANYA DALAM RADIUS ATAU DIAMETER SETENGAH METER DI TEMPATNYA BERDIRI. LALU BERJALAN MENGELILINGI TEMPAT TIDUR DENGAN UDARA YANG TIDAK MENENTU. SEMUA BENDA DI SEPUTAR TEMPAT TIDUR ITU SEPERTI BERGOYANG KECIL, LAIKNYA KAKI YANG GOYAH DAN TIDAK DAPAT DIAM MENGIKUTI KEGALAUAN HATI.

SESEORANG :
Tidak mungkin...tidak mungkin. (Pause) Ini tidak mungkin!

DENGAN GELISAH SESEORANG MENYALAKAN KEMBALI SEBATANG ROKOKNYA. DAN DUDUK DI TEPI LAIN TEMPAT TIDUR. TUBUHNYA MASIH SURAM, BAHKAN SESUNGGUHNYA MASIH BERBENTUK SILUET. HANYA ASAP ROKOKNYA SAJA YANG CUKUP KERAS WARNANYA. MEMBUMBUNG MEMENUHI LANGIT-LANGIT TEMPAT TIDUR ITU.

SUARA RADIO DI KEJAUHAN MEMPERDENGARKAN BERITA PERKEMBANGAN TERAKHIR SEBUAH DEMONSTRASI YANG TERJADI DI SALAH SATU NEGARA EROPA YANG SEDANG MENYELENGGARAKAN KTT DI ANTARA NEGERI-NEGERI TERKAYA DUNIA.

LALU DISUSUL OLEH MUSIK. SEMULA MUSIK BERBAU BLUES, TAPI KEMUDIAN GELOMBANG SEPERTI DIPINDAH BERGANTI DENGAN MUSIK DANGDUT DENGAN SYAIRNYA YANG SUNGGUH MERATAP.

“...dunia adalah pohon tua daun-daunya kuning coklat gugur, kering, jadi pupuk. oo sonia, gadisku kedua tubuhmu basah mengkilat kau biarkan cintaku membusuk...”

SUARA RADIO ITU MENGGENANG, SEPERTI SUNGAI COKLAT DAN BAU, BERLALU MENJAUH MENINGGALKAN SEMUA YANG KITA TIDAK MAU.

SESEORANG MENGHELA NAFAS DENGAN KERAS. MEMBANTING KAKINYA. LAGI. LAGI. DAN BERULANG-ULANG, BAHKAN DENGAN KEKUATAN YANG AKHIRNYA MAKSIMAL.

SESEORANG :
Tidak mungkin!!

SESEORANG NAIK KE TEMPAT TIDUR. MELONCAT-LONCAT SEPERTI ANAK KECIL, TAPI LEBIH TEPATNYA SEAKAN MENGINJAK-INJAK SESUATU YANG MEMBUAT SEKUJUR HIDUPNYA HANYA DIPADATI DENDAM. IA TERUS MELOMPAT-LOMPAT. SEOLAH TAK ADA LAGI WAKTU SESUDAH ITU YANG BISA MENGIZINKANNYA UNTUK MELOMPAT LAGI.

SUARA TEMPAT TIDUR BERDERIK. SEOLAH JERITAN KECIL MAYAT YANG TERSIKSA DALAM KUBURNYA. SUARA BERDERIK. HANYA BERDERIK.

SEMENTARA DIMEJA KERJA, SEBUAH KERTAS MELAYANG, SEBENTAR DI UDARA, LALU PERLAHAN –SEAKAN MELAMBAI-LAMBAIKAN TUBUHNYA—JATUH KE LANTAI.

SUARA DI KAMAR MANDI. ADA YANG MENGGERAM. SAYUP. SUARA WANITA TERTAWA MENGIKIK. SAYUP. SUARA PEREMPUAN MENANGIS SEIRISAN PISAU. SAYUP. ANAK KECIL YANG TERTAWA-TAWA. SAYUP. DAN PERLAHAN MENGHILANG.

LAMPU BACA DI MEJA KERJA SEPERTI KETAKUTAN. CAHAYA MENYURAM DAN MENERANG. MENYURAM DAN MENERANG. TERUS HINGGA KEMUDIAN SEPERTI HENDAK PADAM. BERKERLAP-KERLIP, DAN PADAM. TERTINGGAL SEBUAH CAHAYA BURAM YANG MUNCUL DARI BALIK PINTU KAMAR MANDI DI SEBELAH CERMIN DI DINDING TENGAH.

LAMPU DI TEMPAT TIDUR JUSTRU KINI MENYALA AGAK TERANG. KARENA BEGITU LAMPU MEJA KERJA MATI, SESEORANG MENYALAKAN SEBUAH LAMPU DUDUK DI SISI TEMPAT TIDUR. CAHAYA YANG TIDAK TERLALU BANYAK TAPI CUKUP MENERANGI WAJAH AGAK KURUS SESEORANG.

SEORANG LELAKI EMPATPULUHAN, DENGAN GARIS-GARIS KERAS DI TEPI HIDUNG, BAGIAN BAWAH MATA DAN TULANG PIPINYA. MATANYA ADALAH DANAU HIJAU DENGAN SATU RIAK YANG PERLAHAN MEMUDAR DAN HILANG. ADA CAHAYA DI KEDALAMAN, TAPI ENTAH APA DAN DATANG DARI MANA.

BAJUNYA PUTIH DAN BAGUS SEBENARNYA. TAPI SUDAH LUSUH, SEDIKIT KOTOR, DAN BERANTAKAN MEMAKAINYA. BEGITUPUN CELANANYA YANG SUAM HITAM, TERGULUNG SEDIKIT DI AKAR KAKI KANANNYA. KAIN DALAM SAKU KIRINYA PUN MENJUNTAI KELUAR. KAKI YANG KOSONG, DAN TANGAN YANG GEMETAR.

IA MEMBENAHI PAKAIANNYA. MENCOBA MENGANCINGKANNYA DENGAN BENAR. TAPI TIDAK BERHASIL. PAKAIAN BAGUS ITU JUSTRU KIAN SEMRAWUT DENGAN PENEMPATAN KANCING YANG MAKIN KACAR. IA MERENGGUT SAPUTANGAN, MENGUSAP BIBIR, KEPALA DAN LEHERNYA. KERINGAT BERKETEL, ENTAH DARI MATA AIR MANA ATAU AIR MATA MANA.

SESEORANG :
Mariam...Mariam...seharusnya itu tidak terjadi. Seharusnya itu tidak terjadi. Tidak terjadi! Tidak mungkin terjadi. Tidak, Mariam. Itu tidak mungkin!!

IA LALU TERDUDUK DI TENGAH TEMPAT TIDUR. PUNGGUNG BERSANDAR DI DINDING TEMPAT TIDUR. TATAPAN KOSONG KE TENGAH SEPREI LUSUH. DAN HATI YANG BASAH LULUH.

SESEORANG :
Aku tahu kau tak pernah lupa apa yang kukatakan sebelumnya: hidup dan dunia ini sudah tidak lagi dapat kita hidupi, sudah bukan dunia kita lagi. Mereka sudah milik orang, karena orang lain yang mengaturnya, orang lain yang menentukannya, orang lain yang memproduksinya. Tidak kita. Kita tidak bisa menentukan, atau memproduksi hidup dan kita sendiri. Bukankah begitu, Mariam? Bukankah bukan kita yang menciptakan rumah tangga? Bahkan bukankan bukan kita yang menciptakan sebuah rumah tempat kita tinggal? Lebih bahkan lagi, ketika kita menempatinya, kita tidak pernah bisa menentukan sedikitpun, apa-apa kebutuhan kita. Apa yang harus kita adakan untuk kita memenuhi tugas dan tanggungjawab kita sebagai istri dan suami, sebagai bagian dari sebuah keluarga, bagian dari sebuah kampung, bahkan sebagai seorang manusia. Bukan begitu Maria? Apakah kamu yang menentukan bahwa kita membutuhkan sebuah kursi tamu, bentuknya seperti ini, warnanya itu, harganya sebegitu, dan seterusnya? Apakah kita juga menentukan saat kita memberi microwave, te ve layar datar lengkap dengan home entertainmentnya, sebuah mobil keluaran terbaru, yang sebenarnya terlalu besar untuk kebutuhan kita yang tak beranak? Apakah aku atau kau yang menentukan, kita harus membeli tanah di pinggiran Selatan kota ini, membeli saham pabrik plastik itu di bursa, mengambil lagi kartu anggota golf club dengan tawaran tamasya keluar negeri setahun sekali, sementara sudah 12 kartu semacam kita punya? Adakah kita yang menentukan memberi bea siswa 30 anak di panti asuhan kota kecil di Utara itu? Apakah aku kau persalahkan untuk membayar politisi kampungan itu, agar perusahan kita tidak diganggu sebagai rekanan tetap departemen koperasi? Apakah aku harus menyalahkanmu ketika kamu tukar guling rantai toko onderdil kita dengan sebuah pabrik asembling sepeda motor? Bukan...bukan salah kita, karena bukan kita yang menentukan jika Andy plongo itu kini jadi menteri. Mariam...mariam...dunia sudah berjalan sendiri. Atau mungkin dijalankan oleh siapa. Aku tak tahu...aku tak peduli. Yang kupeduli cuma kenapa kamu masih merasa yakin kita memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalankan hidup kita sendiri. Tidakkah kau yakin, tidak mengerti, atau pura-pura dongo, bahwa begitu kita terjun ke dunia ini, bahkan sejak menjadi anak-anak, kita sudah dilucuti seluruh hak kita untuk menjadi apa yang kita inginkan. Menjadi manusia. Ooo....tidak mungkin...tidak mungkin Mariam. Tidak mungkin kamu sebodoh itu, untuk menggunakan alasan dangkal pikiranmu sebagai dasar caramu berpikir dan bertindak. Sebagai dasar keberadaan, dasar eksistensial, katamu mulutmu yang berludah saat itu. Bagaimana mungkin...jika kita sudah membicarakannya berulangkali dan kau mengerti. Tapi tetap saja kau bersikukuh dan menyangka kau punya hak dan kebebasan (apa? hak dan kebebasan? hahahaha....) untuk menjadi dirimu sendiri. Menjadi apa yang kamu mau

(tertawa keras).

Itu alasan yang kau gunakan untuk pergi? Untuk menempatkan aku sebagai manusia bodoh yang tidak kuasa terhadap diriku sendiri. Hah! Mengapa kau balik-balik logika itu? Mengapa kau tipu-tipu berkali-kali aku, walau sebenarnya kamu sendirilah yang kamu tipu. Tidak...tidak, Mariam. Aku masih tidak percaya, tidak mengerti, kita begini...kita begini...

(pause)

Mariam....Mariam....MARIAMMM!!

SESEORANG MEMBANTING TUBUHNYA DENGAN KERAS KE TEMPAT TIDUR. TEMPAT TIDUR ITU BERGOYANG SEBENTAR. LALU MELAMBAT. LAMBAT DAN AKHIRNYA BERHENTI.

SENYAP. TAK ADA APA-APA. TAK ADA WAKTU. TAK ADA SEJARAH.

YA, SEPERTI BIASA, SEJARAHKECIL TERJADI KETIKA SEBATANG PENSIL BERDIRI DI MEJA DI ATAS SEBUAH KERTAS PUTIH. LALU IA BERGERAK-GERAK, SEPERTI MENULISKAN TUBUHNYA. HANYA BEBERAPA SAAT LALU BERHENTI. PENSIL ITU JATUH DAN TERTIDUR LAGI.

SUASANA DI MEJA KERJA BURAM. KERJA PENSIL ITU TERLIHAT DARI BANTUAN CAHAYA KECIL YANG DATANG DARI LUAR MELEWATI JENDELA YANG HANYA SEDIKIT TERBUKA.

CAHAYA AGAK TERANG TETAP ADA DI SEPUTAR TEMPAT TIDUR. SESEORANG MENGGELETAK DENGAN KAKI MEMBUKA LEBAR KE ARAH PENONTON. SESEORANG MENGGERAKAN TANGANNYA. ENTAH SEDANG APA, UNTUK APA, KARENA APA? TAK ADA YANG TAHU.

SESEORANG :
Baiklah...baiklah, Mariam. Aku akan membuat keputusan. Aku pun bisa membuat keputusan. Bukan..bukan aku akan meninggalkanmu, seperti yang sudah kau lakukan. Aku tidak mungkin meninggalkanmu, tak akan pernah, tak akan pernah bisa. Aku akan tetap menjadi suamimu. Sekalipun kau bersuami orang lain. Karena aku tahu, apapun yang kau lakukan dan merasa kau putuskan, sebenarnya bukanlah dirimu yang sejati. Kau hanya malaikat yang patah atau dilucuti sayapnya. Sehingga kau tinggal menjadi gadis cantik yang naif, cacat dalam nasib, tak beruntung dalam takdir, tapi tetap sebuah makhluk yang ajaib dan memesona. Aku akan mengawinimu dengan berbagai cara. Tapi tidak dengan cara yang ditentukan oleh orang lain. Oleh kunci-kunci yang bergelantungan di saku belakangku, oleh kartu-kartu yang memenuhi dompetku, oleh gelar-gelar, berbagai jabatan, atau mimpi-mimpi kosong dan buruk yang jadi lalu lintas macet di setiap tidur malam kita. Mariam..Mariam...seperti saat kita bocah dulu, saat kita menangis di pinggir kalicoklat itu, karena boneka-boneka kertasku dan kapal tempur kulit jerukku merasa tolol, tak berguna, dan bahkan jadi hantu yang kita usir, gara-gara asep anak tetangga kita yang kurangajar itu tertawa-tawa memainkan game watch di depan kita. Membuat kita tidak mengenali dunia kita sendiri lagi. Tak mengenali sejarah kita sendiri. Tak mengenali orangtua kita yang sampai saat itu begitu rajin dan percayanya bahwa kita akan menyukai wayang kulit, sebagaimana mereka mendengarkannya tiap malam, seolah nabi besar datang menjambangi mereka selalu. Kita menangis, karena untuk pertama kalinya kita kehilangan tempat kita berpijak, dan kita tidak tahu akan kemana, harus berbuat apa. Kita mengalami disorientasi yang pertama kali. Hingga kemudian kita mengalami keterbelahan, menjadi skizofrenik karena kita tidak mampu meninggalkan tanah warisan yang dibebankan leluhur, di sementara lain kita tidak berhentinya gagap karena tak mampu memeluk dengan hangat dunia “baru” yang konon adalah dunia tak terelakkan kita saat ini. Aku ingat kau menjerit-jerit saat dipaksa untuk menjalankan sebuah komputer. Dan aku terus terkencing-kencing di celana ketika mendengar suara bapakku, di kotak hitam bernama handphone itu. Ayahku sudah mati sebelum aku kencingku bisa kuatur sendiri keluarnya. Kita sakit. Masih sakit. Dan akan terus sakit.

(Pause)

Tapi sekarang, sesakit apa pun, aku sudah mengambil keputusan, Mariam. Keputusan yang kuambil semata karenamu. Semata karena kamu perempuan. Semata karena aku merasa jadi manusia karena ada kau sebagai manusia. Mungkin itu sebabnya kamu menjadi perempuan, atau disebut lawan jenis. Aku harus tetap ada untukmu. Aku akan mengawinimu, dimanapun kamu merasa ada.

(Pause)

Mariam...inilah keputusanku. Aku menolak masa kini yang gelap dan menekan...sangat menekan...sehingga bahkan membuatku sulit mengatupkan kedua pelupuk mataku. Aku juga menolak kedua orangtuaku, baik secara politis, biologis, religius, kultural, apa pun. Aku...juga kamu kurasa, adalah dua makhluk yatim piatu yang diaborsi dari rahim langit. Sebagai manusia yang dalam ukuran dunia ini gagal, aku tidak mau lagi menjadi sampan yang diombang-ombang laut dan daratan. Aku tak mau membagi, tepatnya membelah diriku

(yang kini telah membelah siapa saja menjadi beberapa diri, begitu banyak diri, skizofrenik akut).

Aku mau menjadi sesuatu yang lain, yang aku sendiri tidak bisa membahasakannya padamu. Karena aku tahu, keputusanku itu pasti terasa ganjil bahkan akan menakutkanmu. Jangan...jangan takut, Mariam. Tak ada yang mengerikan. Aku tidak akan melibatkanmu. Aku menyerahkan dirimu pada dirimu sendirimu. Menyerahkan diriku pada nasib yang kutentukan sendiri. Kau...yang entah dimana sekarang, pasti akan kujumpai. Pasti.

(seseorang bangkit dari tempat tidur. berdiri dengan mantap, merapikan bajunya dengan sebaik mungkin. merapikan tempat tidur dan perabot sekitar sebisanya. lalu berdiri tegak di samping tidur. dari bawah tempat tidur ia mengambil sebuah kotak plastik, semacam dirigen, lalu menuangkan isinya merata ke seluruh sudut ruang tidur. kemudian dengan nafas yang teratur baik, ia memandangi sekali lagi sekelilingnya. berjalan pelan mematikan semua lampu, sehingga ruang tidur itu gelap gulita. senyap sesaat lalu. dan cess...sebuah api kecil dari pemantik api menyala, tepat di bawah wajah seseorang. dengan bantuan cahaya minim itu, seseorang menatap keras ke depan)

Mariam...sekarang tamat sudah riwayat seseorang bernama Hajjira. Bukan karena ia gagal jadi manusia. Tapi karena ia menolak keberadaannya sebagai sebuah anggota dari peradaban yang tak berhenti memecah belah dirinya. Ia akan mengubah dirinya menjadi sesuatu yang lebih pasti, yang mungkin sangat tidak pasti bagi lainnya. Ia akan kembali menjadi debu, sebagaimanya asalnya. Menjadi asap, sebagai keberadaan yang paling mungkin di semua kenyataan. Menjadi sesuatu yang paling purba dan menjadi identitas paling asal dari sebuah negeri. Negeri kita ini. Sampai jumpa, Mariam. Sampai jumpa, bakal istriku. Maukah kau kawin denganku?

SESEORANG LALU MELEMPARKAN API KECIL ITU KE BAWAH. DAN RUANG TIDUR ITU KEMUDIAN MELETUP, MENERBITKAN CAHAYA DENGAN TIBA-TIBA DARI NYALA API YANG TERANG. KELEBAT CEPAT CAHAYA DAN REDUP GELAP BERGANTIAN SEPERTI KERLIP BINTANG. HANYA BEBERAPA DETIK ITU TERJADI, HINGGA IA BERGANTI ASAP YANG KERAS DAN DAN MEMADATI RUANG TIDUR ITU.

DI DETIK ITU, ADA SEBUAH BAYANGAN YANG BERGERAK DARI TEMPAT TIDUR MELEWATI BATAS IMAJINER DENGAN POTONGAN RUANG SEBELAHNYA, DIMANA MEJA KERJA BERADA.

KETIKA BAYANGAN ITU MELINTAS BATAS IMAJINER ITU, SEGALA DARI TUBUH BAYANGAN ITU BERUBAH. YANG SEMULA GELAP DAN HANYA SEMACAM SILUET YANG BURAM, BEGITU MEMASUKI RUANG KERJA IA BERUBAH MENJADI PENUH WARNA. DAN AKHIRNYA MENJADI SESUATU YANG BERBEDA, MENJADI MANUSIA YANG PENUH WARNA, BEGITU IA TIBA DI RUANG KERJA.

RUANG TIDUR ITU KINI GELAP TOTAL. SEPERTI SUMUR TERLALU DALAM, SEPERTI LUBANG GELAP DI SEJARAH ANGKASA.

SESEORANG YANG PENUH WARNA TADI, MENGAMATI RUANG KERJA. MENDEKATI MEJA KERJA, MEMERIKSA KERTAS-KERTAS, MELIHAT FOTO-FOTO DAN APA YANG TERTEMPEL DI PAPAN INFO, MEMATUT DIRINYA DI DEPAN CERMIN, SISIRAN, MEMASUKI KAMAR MANDI, MEMBASUH MUKA, BERKUMUR DAN MEMBASUH MUKANYA.

LALU KEMBALI KE MEJA KERJA. DUDUK. MEMBUKA LAPTOP. MENULISKAN ATAU MENANDATANGANI SESUATU. BEKERJA. BEKERJA. ENTAH APA YANG DIKERJAKAN, IA SIBUK. SIBUK SENDIRI. SAMPAI CAHAY FADE OUT. DI SAAT YANG BERSAMA ADA CAHAYA FADE IN DI BAGIAN LAIN. DI RUANG LAIN. DI HIDUP LAIN. DI SEJARAH LAIN.


SEJARAH DUA


SEBUAH RUANG, MUNGKIN ADA DI BAGIAN KANAN. SEPERTI KOTAK SABUN YANG TERANG DI TENGAH KEGELAPAN PANGGUNG LAINNYA. DI DALAM KOTAK ITU ADA SEBUAH RUANG DENGAN CAHAYA PENUH. RUANG ITU DIPENUHI OLEH PERABOTAN YANG CUKUP LENGKAP UNTUK DISEBUT SEBUAH DAPUR. ADA KULKAS, KITCHEN SET SEDERHANA, MICROWAVE, MEJA MAKAN UCURAN KECIL UNTUK SEKITAR EMPAT ORANG (DENGAN KURSI HANYA TIGA, DIMANA YANG SATU MUNGKIN AGAK CACAT KAKINYA).

ADA SEBUAH PINTU DI BAGIAN KIRI RUANG ITU YANG SEDIKIT TERBUKA. DI DINDING SISINYA BERGANTUNG SEBUAH TELEPON FIKS, PENSIL BERGANTING, NOTES PENUH CATATAN. GAMBARAN SEBUAH DAPUR PADA UMUMNYA, BAGI KELAS ATAS-MENENGAH URBAN DIMANA SAJA.
DI DALAM RUANG ITU, NAMPAK SEORANG PEREMPUAN SEDANG BEKERJA. TUBUHNYA SEDANG, AGAK GEMUK (SEPERTINYA MENGGEMUK BELAKANGAN), DAN BEKAS KECANTIKAN DI WAJAHNYA YANG TERLALU TUA BAGI USIANYA (SEBENARNYA IA BARU SEKITAR 27-AN, NAMUN IA TIDAK SENGAJA IA TAMPAK BERUSAHA MENGESANKAN DIRINYA SUDAH 35-AN BAHKAN MENJELANG 40-AN).

WAJAHNYA DATAR TANPA MAKE-UP APA PUN YANG MENYENTUHNYA. BIBIRNYA TAJAM, MUNGKIN KARENA TERLALU LAMA DIAM ATAU TERLALU LAMA MENAHAN RASA PEDIH. DUA BUAH ANTING MENJADI PEMANIS, SESUATU YANG TAMPAKNYA LEBIH MERUPAKAN KEINGINAN ORANG LAIN YANG IA SANGAT MENGHORMATINYA, KETIMBANG IA INGINKAN SENDIRI.

PEREMPUAN ITU SANGAT SEDERHANA SEBENARNYA. RAMBUT DIGELUNG SEADANYA, DIJEPIT, SEHINGGA TIDAK MENYULITKAN. TIDAK BERKALUNG DAN BERGELANG. MEMAKAI DASTER KERJA DAN CELEMEK YANG SUDAH AGAK LUSUH DAN SEDIKIT BASAH (MEMPERLIHATKAN SEOLAH IA SUDAH SEKIAN LAMA TIDAK MELEPASKANNYA).

ADA SETUMPUK SAYURAN DI SALAH SATU BAGIAN KITCHEN SET, DAN BUAH-BUAHAN, JUGA BUNGA YANG BELUM TERTATA. SANG PEREMPUAN TAMPAK SEDANG BEBENAH SAAT LAMPU RUANG ITU MULAI MENYALA. TAK ADA SUARA APA PUN. KECUALI SARU SAPU YANG MENGGESEK DI LANTAI, YANG SAYUP-SAYUP MUNGKIN SUDAH TERDENGAR KETIKA RUANGAN ITU MASIH PEKAT GELAP.

DARI TUBUHNYA YANG BICARA, TERLIHAT DENGAN JELAS BAHWA PEREMPUAN ITU ADALAH SEORANG PEKERJA, PEKERJA RUMAH TANGGA YANG SANGAT TEKUN DAN DISIPLIN. GERAKNYA SANGAT CEKATAN MENGAYUNKAN SAPU YANG SUDAH PATAH GAGANGNYA, MENGAYUN KESANA KEMARIN MENGUMPULKAN SAMPAH HINGGA YANG TERKECIL. MENUMPUKNYA DI SATU SUDUT, MENAMPUNGNYA DENGAN SEBUAH SEROK DAN MEMBUANGNYA KE TEMPAT SAMPAH YANG TERTUTUP.

IA MENGERJAKAN ITU DENGAN RAJIN. HANYA TUBUHNYA YANG BICARA, JUGA MUNGKIN BENDA-BENDA YANG ADA DI SEKITARNYA. SEPERTI GERAK-GERAK ALAMI YANG TERJADI PADA POHON YANG BERAYUN, DAUN YANG MELAMBAI DAN TERBANG ATAU AIR SUNGAI YANG TAK BERHENTI MENELUSURI KELANDAIAN. IA SEOLAH RITUS HARIAN, SEBUAH UPACARA PURBA YANG BIASA SAJA TERJADI, DIMANA SAJA.

DAN UPACARA ITU BERLANJUT. PEREMPUAN ITU MEMPERSIAPKAN SEBUAH EMBER KECIL, MENGISINYA AIR, MEMBERINYA SEDIKIT SABUN DAN PEWANGI. LALU IA MEMBASAHI KAIN PEL PUTIH YANG CUKUP KUMAL, MEMERASNYA AGAK KERING DAN MULAI MENGEPEL LANTAI SEPERTI MEMBASUH TIAP PORI WAJAHNYA DENGAN PEMBERSIH MUKA.

TAK ADA SENTI YANG TERLEWAT. TERMASUK SAAT IA MELAP MEJA, KURSI, KITCHEN SET, PERABOTAN DAPUR DAN SELURUH BENDA DI RUANG ITU. IA MERAWAT DAN MENGANGGAP BENDA APA PUN DI RUANG ITU SEOLAH IA BAGIAN TUBUHNYA YANG TERBAIK, YANG TIDAK MUNGKIN IA LALAIKAN.

YANG MENARIK, SEJAK AWAL IA SESEKALI TERLIHAT MEMANDANG TELEPON DI DINDING. SEAKAN MENUNGGU SESUATU, MENUNGGU TELEPON ITU BERDERING, MENUNGGU SESEORANG YANG TERASA SANGAT IA KENALI. TAPI TELEPON ITU TIDAK BERDERING, TIDAK SAMA SEKALI. HANYA TETAP SAJA, SEKALI ATAU DUA IA MENGANGKATNYA, MENYAPANYA DENGAN CEPAT, “Halo?” NAMUN TAK ADA SUARA SAMA SEKALI DI SEBERANG SANA. DENGAN TERCENUNG DAN SEDIKIT KECEWA, PEREMPUAN ITU MENGEMBALIKAN TELEPON PADA POSISINYA.

SEDETIK DUA SAJA PEREMPUAN ITU TERLIHAT KECEWA KARENA KEMUDIAN IA KEMBALI SIBUK DENGAN PEKERJAANNYA YANG TAMPAK BEGITU PADA DI RUANG DAPUR ITU. PERISTIWA MENERIMA TELEPON TANPA DERING ITU BEBERAPA KALI TERJADI HINGGA USAI SEJARAH DI RUANG INI.

MEMANG ADA SATU-DUA KALI TELEPON ITU BERDERING. DENGAN GAIRAH BINATANG YANG MENEMUKAN MANGSANYA, IA SEGERA MENYERBU TELEPON, BAHKAN BEGITU TERGESA, IA SEPERTI LUPA DENGAN TATA LETAK RUANG YANG SEBENARNYA SUDAH IA HAPAL SEPERTI IA MENGHAPAL TIAP INCI DARI BAGIAN TUBUHNYA.

PEREMPUAN ITU TERSANDUNG KAKI MEJA, TERANTUK KEPALA ATAU TANGANNYA MENYENGGOL PERABOT HINGGA JATUH, SAAT MENYERBU TELEPON. IA MENGELUH SEDIKIT TAPI TIDAK MERASAKAN SAKIT ATAU KEJUT SEDIKIT PUN. SELURUH PIKIRAN DAN JIWANYA SUDAH ADA DALAM DERING ITU. SAAT IA MENGAMBIL GAGANG TELEPON, SEGALANYA SEPERTI BERUBAH, WARNA-WARNA MENJADI CERAH. SEPERTI WARNA MUKANYA. RUANG KOTAK ITU SEPERTI FOTO DALAM KOMPUTER YANG DIGANTI KOMPOSISI WARNANYA DALAM SATU KETUKAN TUTS KEYBOARD.

SENYUM WANITA ITU MENGEMBANG, MENGEMBALIKAN USIANYA BAHKAN LIMA TAHUN LEBIH MUDA. LANGIT-LANGIT, SAYURAN, BUAH, PERABOTAN, SEMUA IKUT BERSERI BERSAMANYA, SAAT PEREMPUAN ITU HAMPIR BERTERIAK DENGAN SEMANGAT SEORANG ANAK YANG MENEMUKAN MAINAN TERSAYANGNYA YANG HILANG SEKIAN LAMA.

PEREMPUAN :
“Ya, Jira...Halo!”

BUAH-BUAHAN MENGGOYANG TUBUHNYA, SAYURAN BERGESER, AIR KERAN SEDETIK MENGUCUR, KURSI MENGHENTAK KAKINYA, SEMUA...SEMUA IKUT MENGEKSPRESIKAN KEBAHAGIAAN YANG SAMA DENGAN PEREMPUAN ITU.

PEREMPUAN :
Ya halo...Jira?... Bukan...

(wajahnya berubah dengan cepat, mengembalikan usia palsunya 15 tahun kemuka)

bukan...maksud saya sudah membayarnya.

(pause)

Ya, saya sudah membayarnya. Kenapa Anda tidak percaya, apakah Anda memang bertugas untuk tidak mempercayai seluruh pelanggan listrik?

(pause)

Saya katakan saya sudah membayarnya. Titik!

(pause)

Anda gila. GILA!

(ia membanting telepon ke dinding. melihatnya sejenak dengan dua ribu rasa kecewa, pedih, di beberapa detik saja.)

(ATAU:
PEREMPUAN :
Ya Halo, Jira...kenapa kau...

(berhenti sejenak, mendengarkan)

Salah sambung? Ya..salah sambung!

(ia membanting telepon ke dinding. melihatnya sejenak dengan dua ribu rasa kecewa, pedih, di beberapa detik saja.)


SAAT ITU, SELURUH PERABOT RUANG MERESPON DUNIA DALAM DIRI PEREMPUAN ITU , SEPERTI MERASAKAN SAKIT DI SALAH BAGIAN TUBUHNYA YANG PENTING. SAYURAN MELUNGLAI, BUAH-BUAHAN MENJATUHKAN DIRI, KURSI MENGGEBRAK PUNGGUNGNYA KE LANTAI, LAMPU BERKERDIP, DAN SEBAGAINYA.

TAPI HANYA SEJENAK. SUNGGUH SEJENAK. KARENA KEMUDIAN SEMUANYA KEMBALI SEPERTI SEMULA. PEREMPUAN ITU KEMBALI MEMBENAHI APA YANG SUDAH SEDIKIT BERUBAH KEMBALI KE POSISI SEMULA. KINI IA MEMPERSIAPKAN DIRINYA, SEPERTI SEORANG KOMANDAN UPACARA MEMPERSIAPKAN PASUKANNYA: MEMASAK DIMULAI.

IA MEMANDANG SAYUR-SAYURAN, MEMILIH-PILIH, MENGAMBILNYA BEBERAPA, MENCUCINYA, MULAI MEMOTONG DAN MERAJANGNYA...DAN PANGGUNG PUN DIISI OLEH KEGIATAN ITU. KEGIATAN YANG BEGITU TEKUN SEOLAH TIDAK ADA LAGI KEGIATAN LAIN YANG CUKUP PENTING DI DUNIA INI, SELAIN MEMASAK.

DAN UPACARA BERLANGSUNG BEGITU TERTIB SUSUNANNYA, BEGITU RAPI PENGERJAANNYA, SEMACAM PROFESIONAL YANG TETAP SAJA AKAN MENGERJAKAN SEMUA ITU SAMA BAIKNYA MESKIPUN IA DALAM KEADAAN TERTIDUR. DAN SEMUA ISI PERABOTAN DI RUANG ITU TAK SATU PUN YANG MENENTANGNYA. SEMUA SEAKAN MEMPERSIAPKAN DAN MEMPERSILAKAN DIRINYA YANG TERBAIK UNTUK MEMBANTU SANG PROFESIONAL MENYELESAIKAN TUGASNYA DENGAN SEMPURNA. MULAI DARI MERAJANG BUMBU, MEMPERSIAPKAN KOMPOR, MENCAMPUR SEGALA SAYURAN, DIBARENGI DENGAN MENANAK NASI DENGAN RICE COOKER, HINGGA MEMPERSIAPKAN MINUMAN (SELURUH URUTAN UPACARA YANG SEBENARNYA SANGAT PANJANG), IA LAKUKAN DENGAN KESEMPURNAAN SEORANG SENIMAN TERBAIK.

BEGITUPUN SAAT IA MENGATUR MEJA, PIRING-PIRING DAN GELAS, SENDOK, GARPU DAN SENDOK, SERBET MAKAN, BOTOL-BOTOL MINUMAN –PUTIH DAN BERWARNA—MENGANGKAT SAYUR YANG TELAH MATANG, MEMERIKSA TANAK NASI DAN SEGALANYA.

PEREMPUAN ITU BEKERJA SEOLAH IA SEDANG MEMPERSIAPKAN PESTA TERBAIKNYA. WALAU PENONTON TAHU IA TENGAH MEMPERSIAPKAN SEBUAH MAKAN (MALAM, SIANG ATAU SARAPAN) HANYA UNTUK DUA ORANG SAJA (SEBAGAIMANA TAMPAK DARI PENGATURAN MEJA YANG DILAKUKANNYA).

MENJELANG USAI, SEMUA UPACARA, INTENSITAS PEREMPUAN ITU MEMANDANGI TELEPON LEBIH KERAP. MENUNGGU DERING. TAPI DERING ITU TIDAK PERNAH MUNCUL. SAMPAI SEMUA AKHIRNYA SELESAI, DAN RUANG ITU SEPERTI BERGANTI BENTUK RUPA, MENJADI SEBUAH RUANG PERJAMUAN YANG SUNGGUH MENGESANKAN.

MEJA TERTATA RAPI DENGAN SELURUH MAKANAN TERHIDANG, PANAS MENGEPUL. SEKELOMPOK BUNGA SEGAR YANG BERDIRI TEGAK DI MEJA, SEAKAN SIAP MENYAMBUT KEDATANGAN SESEORANG. BEGITU BEBERAPA BUNGA YANG HARUM DI BEBERAPA POJOK RUANG. DAPUR ITU BERSAHAJA TAPI BEGITU RESIKNYA.

LAMPU MEREDUP SEDIKIT BERGANTI SATU RANGKAI LILIN DI TENGAH MEJA. KINI PEREMPUAN TIDAK LAGI MENENGOK TELEPON, NAMUN KE ARAH PINTU. TAK ADA APA-APA. TAK ADA KETUK, TAK ADA GERAK APA PUN DI BALIK PINTU ITU. SAAT PEREMPUAN SEDANG MENUANG DUA GELAS DI UJUNG MEJA DENGAN AIR PUTIH, SEKONYONG TUBUHNYA BERGETAR. ENTAH KENAPA.

DENGAN SEGERA IA MENGHENTIKAN KEGIATANNYA. MELETAKKAN BOTOL MINUMAN DAN TUBUHNYA MELESAT BURUNG YANG LEPAS DARI KANDANG YANG MENGURUNGNYA RIBUAN TAHUN. DASTER DAN CELEMEKNYA MELAMBAI. RAMBUTNYA YANG TERTUTUP KAIN MASAK MENGURAI. SELURUH DIRINYA MELESAT KE ARAH PINTU. MEMBUKA PINTUNYA DENGAN CEPAT DAN MENYAMBUT SESEORANG...ENTAH SIAPA DAN MEMPERSILAKANNYA MASUK.

SEPERTI UPACARA YANG LAIN, PEREMPUAN ITU MEMELUK SEBENTAR DENGAN KEHANGATAN MATAHARI DI KUTUB PALING UTARA, MEMBUAT SEBUAH KECUPAN, SENYUMAN YANG MEREKAHKAN MALAM, MEMBIMBING MASUK, MEMBUKAKAN KURSI, MENYIAPKAN SERBET MAKAN YANG IA BUKA DAN LETAKKAN DI PANGKUAN, SEMUA...SEMUA YANG HARUS IA LAKUKAN, KARENA YANG DATANG SAAT ITU ADALAH SEORANG RAJA. TEPATNYA, SESEORANG YANG IA MERASA HARUS DAN PANTAS MENGHORMATINYA, LEBIH DARI WAKTU-WAKTU YANG DIANUGERAHKAN PADANYA.

PEREMPUAN ITU MEMANDANGI DENGAN MATA MENYALA, GAIRAH MELUPA, DAN USIA 20 TAHUN LEBIH MUDA, KE ARAH KURSI DI HADAPANNYA. SEANDAINYA ADA SATU BUAH BATU SAJA, YANG TAMPAK MENDUDUKI KURSI ITU, MUNGKIN SELURUHNYA AKAN BERUBAH DENGAN SEDIKIT MAKNA. TAPI, BANGKU ITU KOSONG.

PEREMPUAN ITU KEMUDIAN SEPERTI MENGIYAKAN KETIKA BANGKU KOSONG ITU SEAKAN MEMINTANYA UNTUK MENEMPATI POSISI YANG HARUS DITEMPATINYA. PEREMPUAN ITU DUDUK DI KURSI SEBERANG. BERUSAHA DI JARAK ITU MELADENI: MEMBUKAKAN PIRING, MENGISINYA DENGAN NASI DAN SAYURAN, LAUK, SEGALANYA, SAMBIL BICARA BAHWA SEMUA ITU ADALAH MASAKAN-MASAKAN TERPILIH YANG MEMANG MENJADI FAVORIT “JIRA”, SESUATU YANG DILIHATNYA ADA DI KURSI KOSONG ITU.

LALU, DENGAN BIBIR YANG TAK MENINGGALKAN SENYUM, PEREMPUAN ITU MEMPERHATIKAN PIRING YANG TELAH PENUH HIDANGAN. PIRING YANG TAK BISA BERBUAT APA-APA. KECUALI DIAM. TAPI TIDAK, BAGI PEREMPUAN ITU.

PEREMPUAN : (setelah sekian detik terpana melihat bagaimana makanan di hadapannya disantap. ada kebahagiaan puncak terlihat di wajah dan gerak tubuhnya)
Kenapa yoghurt-nya tidak dimakan, Jira.

(diam memandang lurus ke depan ke arah kursi kosong di hadapannya)

Itu baik untuk pencernaanmu. Bakteri-bakterinya positif. Dan bukankah rasanya nikmat?

(tersenyum)

Kau selalu begitu, melihat makanan dari bentuknya atau asal mentahnya. Banyak memang yang tampak menjijikkan. Tapi cobalah dulu. Bagaimana kau tahu rasanya, jika kau tak mencicipinya lebih dulu.

(memandang dengan seksama. seperti menekuni satu persatu proses atau upacara makan dari lawan mainnya saat itu)

Kau tampak agak gelisah. Ada apalagi? Bukan masalah Jerom, kepala bagianmu itu lagi kan? Katamu ia sudah dimutasi? Apa kau punya kesulitan dengan tugasmu yang baru? Atau ada temanmu yang mulai kurang ajar? Salah satu komisarismu menjengkelkan.. atau...

(pause)

ada pegawai, kenalan baru, yang cantik dan berdada besar seperti kesukaanmu?

(pause...lalu terbahak tak terlalu keras suaranya)

Aku mengerti Jira, aku mengerti. Kau tidak lagi tipe seperti itu. Kau sudah berubah. Aku menghargainya. Karena itu bekerja sebenar-benarnya, melayanimu sesungguh-sungguhnya, menjadi perempuan sesejati-sejatinya. Semata karena kamu. Semua untuk kamu, Jira. Begitu kau berusaha jadi sempurna, sebagai seorang lekaki, sebagai suami, sebagai calon bapak anak kita...aku pasti akan mendahuluimu...menjadi sempurna.

(pause dan sedikit tercenung)

Aku tak mau gagal lagi, Jira. Aku tak mau ibumu, bapakmu, kakakmu, nenekmu, sampai supirmu pun bergiliran berusaha menggagalkan usaha kita untuk bersama, untuk menjalin rumah tangga. Aku sudah menganggap kau suamiku, dan aku sudah menjadi pasangan hidup yang sempurna. Biar kutahu, mungkin benar aku tidak terlalu pantas untukmu, tepatnya untuk bayangan-bayangan di kepala orang-orang sekelilingmu. Aku bukan wanita dengan baju sempit yang menekan payudara, pantat dan pahaku. Aku bukan perempuan yang membawa kertas-kertas kosong untuk ditandatangani atau gadis dengan bibir yang berwarna terang, berlarian kesana kemari mengucapkan “halo, selamat siang. Apa kabar, saya Mariam istri Hajira, presiden direktur pt sundel bolong, pemilik kapling nomor sekian, lamborghini limited edition nomor sekian. Apa yang bisa saya bantu?”

(menghela nafas)

Tidak, Jira. Aku bukan wanita seperti itu. Aku orang sederhana, mungkin terlalu sederhana. Karena melihat semua bahkan dirimu sendiri tak ada bedanya dengan orang kebanyakan, yang kujumpai di terminal ketika aku menunggu busway, yang kujumpai di pasar sayuran saat aku mencari kubis dan ikan asin kesukaanmu. Aku orang biasa. Jadi jangan paksa aku untuk menerima pikiran dan ide-idemu yang terlalu tinggi, yang tak kumengerti, yang entah milik siapa. Jangan, Jira...jangan paksa aku. Lama-lama aku ngeri dan mati berdiri, karena aku histeris tak mampu menyanggupi dunia yang kau bentuk di kepalamu sendiri. Kawinlah denganku, seperti kau mengawini tikus yang tak mungkin hilang dari garasi mobilmu, seperti mengawini kali coklat di belakang rumah ibumu –rumah masa kecilmu—mengawini tetangga yang sulit sekali bersahabat denganmu –dengan siapa saja tentunya. Eh..hei!

(sedikit terkejut, tangannya menggapai)

jangan...jangan kau sentuh itu. Itu hanya pajangan di sayuranmu, biar kau tahu, masakan perlu keindahan. Jangan kau telan cabe itu! Aku tak ingin lagi perutmu mengejang dan duburmu berdarah saat buang air besar. Tahanlah nafasmu.

(tersenyum)

Bukankah kau sendiri yang mengajarkan, untuk kita selalu mengontrol diri dengan menghentikan apapun yang kita lakukan justru di puncak keinginan atau rasa puas kita?

(tersenyum lagi dan seperti coba membujuk dengan penuh kasih)

Sudahlah, Jira. Jangan merajuk seperti itu. Kau jadi seperti anak kita yang belum dilahirkan. Aku pasti nanti tak tega dan membiarkanmu berbuat kesalahan. Tidak, Jira. Jangan kau sentuh ya. Jangan ya sayang, aku akan buatku es cincau kesukaanmu setelah ini. Pasti. Segera. Tapi oke, lepaskan tanganmu perlahan-lahan dari bumbu pajangan itu...yap....oke...bagus...begitulah Jiraku.

(menghela nafas)

Sekarang segeralah, jangan kau perlambat minum susumu itu. Kau harus segera berangkat kerja. Aku tahu justru wakilmu sendiri yang sangat ketat dalam waktu. Ingatlah harapan dan rencana-rencana kita, biar kau lebih semangat lagi kerja. Dan itu...bekas susu di ujung bibirmu, sekalah segera. Tas kerjamu sudah kusiapkan dari tadi dan kusiapkan di mobil. Semoga semua lancar bagimu, itu doaku selalu. Semoga kau bisa menerimaku seutuhnya aku, begitu usahaku setiap waktu. Biarlah...aku tahu..aku tahu.. sebagian dunia, mungkin sebagian besarnya, tidak menerima kita. Tidak menerimaku, lebih tepatnya. Tapi apalah dunia di luar kita? Sejak kecil kita merasa asing dengannya. Dan aku merasa tidak hidup dengannya. Karena aku merasa sudah memiliki duniaku sendiri, menciptakan dan membangunnya sendiri. Dunia kita. Percayalah aku tidak akan ditentukan oleh buku-buku yang kubeli dan kau belikan untukku, biarpun habis kubaca semuanya. Aku tidak akan menjadi seseorang yang ditentukan kalung gelang emas yang kau hadiahkan padaku, biar pun aku sendiri akan membelinya seandainya kau tak menghadiahkan padaku. Aku pun tidak akan menjadi benda-benda baru yang memenuhi seluruh rumah kita, isi kantong kita, bahkan isi hati kita, betapapun aku akan coba mencari dan mengenali mereka. Percayalah Jira, aku akan jadi Maria, Maria sesungguhnya. Mariamu.

(menghela nafas,berdiri, dan menghampir kursi di depannya)

Kini perbaiki dasimu dan segeralah berangkat!

PEREMPUAN ITU MEMPERHATIKAN DENGAN SEKSAMA APA YANG SEAKAN TERJADI DI DEPANNYA. SEBUAH PROSESUS KEBERANGKATAN. HINGGA PINTU DAPUR TERBUKA, LALU SESEORANG SEOLAH MELEWATINYA, PINTU TERTUTUP KEMBALI. DAN SUARA SEPATU DI LUAR TERDENGAR MENJAUH. LALU HILANG.

HENING. SENYAP. SEMUA STATIS. WAKTU PUN SEPERTI LENYAP. SEJARAH PUN DIAM. BEBERAPA SAAT.

LILIN-LILIN MATI SENDIRI DAN CAHAYA KEMBALI BERSINAR SEPERTI AWAL DARI SEJARAH KEDUA INI. PEREMPUAN PUN TAMPAK BERDIRI DI POSISI YANG SAMA DENGAN AWAL SEJARAH KEDUA. WAJAHNYA KEMBALI PUCAT, 20 TAHUN LEBIH TUA. IA MEMBERESI ISI MEJA DENGAN MEMBUANG SEMUA ISINYA, MASAKAN DAN MINUMAN YANG MASIH UTUH ITU KE DALAM PLASTIK SAMPAH YANG BESAR.

SETELAH ITU, TERJADILAH APA YANG PERSIS SAMA DENGAN AWAL SEJARAH KEDUA. BAIK URUTANNYA, GERAK DAN GAYANYA, DAN SEGALANYA. DUNIA SEPERTI BERULANG. MUNGKIN KALI INI DALAM SPEED YANG DIPERCEPAT. JIKA BISA SAMPAI PADA ADEGAN, PEREMPUAN MENUNGGU KEHADIRAN DENGAN MEJA YANG SUDAH PENUH DENGAN HIDANGAN DAN MINUMAN.

KATA-KATA AWAL PUN SAMA. SAMPAI SEMUANYA MEMUDAR, FADE OUT. BEGITU PUN LAMPU. LALU GELAP TOTAL. BLACK OUT, DIIRINGI SUARA LAIN YANG DATANG DARI RUANG LAIN DI SEJARAH LAIN...

TAK JAUH DARI RUANG DAN SEJARAH KEDUA.


SELESAI

 #Naskah #teater # #metafisis #indonesia #Kebudayaan #sosial

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari SIANG ITU MATAHARI MEMBARA DI ATAS KEPALA.   DI SEBUAH SIDING PENGADILAN TERHADAP SEORANG PEREMPUAN YANG TERTUDUH TELAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN TERHADAP MAJIKANNYA, AKU SEPERTI DIDERA UCAPANNYA.   SEPERTI DILUCUTI HINGGA TANGGAL SELURUH ATRIBUT PAKAIAN BAHKAN KULIT-KULITKU.   PEREMPUAN ITU, BERNAMA SUMARAH, TKW ASAL INDONESIA.   DINGIN DAN BEKU WAJAHNYA.   DAN MELUNCURLAH BAIT-BAIT KATA ITU : Dewan Hakim yang terhormat, sebelumnya perkenankan saya meralat ucapan jaksa, ini bukan pembelaan.   Saya tidak merasa akan melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri, karena ini bukan pembenaran.   Apapun yang akan saya katakana adalah hitam putih diri saya, merah biru abu-abu saya, belang loreng, gelap cahaya diri saya.   Nama saya Sumarah.   Seorang perempuan, seorang TKW, seorang pembunuh, dan seorang pesakitan.   Bena...

Monolog KAUS KAKI BOLONG

Monolog KAUS KAKI BOLONG Karya Hermana HMT PANGGUNG TERASA MAGIS. SUASANA DIBANGUN OLEH BUNYI ALAT MUSIK GESEK YANG DIPADU DENGAN SUARA ORANG-ORANG BERGUMAM. DI TENGAH PANGGUNG TAMPAK SATU SOSOK TUBUH TERBARING KAKU, TERTUTUP KAIN BATIK SEPERTI MAYAT DAN DI BELAKANGNYA BERDIRI SEBUAH KURSI LIPAT. NGIGAU Ini bukan salahku ! Aku tidak tahu menahu soal itu. Sungguh ! Tidak. Tidak! Jangan pandangi aku seperti itu. Aku…aku.. ahhh ! LAKI-LAKI ITU BERDIRI. IA MENATAP KE SEGALA PENJURU, YANG MANA TIAP LIRIKANNYA CUKUP PELAN DAN MENGANDUNG MISTERI Kenapa kalian pandangi aku seperti itu ? Jangan asal, ya ! Memangnya aku ini apa ? Aku bukanlah barang antik yang suka di pajang di etalase-etalase, atau bintang film murahan koliksi para cukong, apalagi doger monyet yang sering ngamen di pasar malam ! Oh, barang kali kalian suka sama aku. Suka, ya ? Heh ! Tidak ? Ah suka. Jangan munafik deh. Tu kan…tu kan suka. MELUDAH Pu...

Naskah Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya

Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya DUDUK DI KURSI MEMAKAI SELIMUT PUTIH, HABIS CUKUR. CAMBANGNYA MAU DI KEROK.             Ketika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya dengan rimba raya. Mengancam. Di mana-mana menganga bahaya. Siapa yang dapat menjamin tukang cukur itu tidak hanya akan merapikan godek dan jenggot kita. Bagaimana kalau dia menorehkan pisah itu ke leherku? BERDIRI, MENGHINDARI BAHAYA. Kita tidak boleh mengambil resiko untuk potong rambut di sembarang tempat. Karena berhubungan dengan tukang potong rambut yang tak dikenal, setiap saat bisa berarti memotong leher. Bahkan dengan tukang cukur yang sudah dikenal pun selalu ada bahaya. Bagaimana kalau pisau yang terhunus di tangannya itu menimbulkan inspirasinya, mem...