Skip to main content

Naskah Monolog ARKEOLOGI BEHA Karya Benjon


















Monolog
ARKEOLOGI BEHA
Karya Benjon


















SATU

IRAMA BLUES. LILIN LILIN BIRU MENYALA DALAM NAMPAN KAYU. SEBUAH KITAB SEDANG TERBUKA. TE MUNCUL DARI BELAHAN KELAMBU. KEPALA TE BERSELUBUNG KAIN HITAM. DADA TE TERBUNGKUS HANDUK BIRU. TANGAN TE MENGGENGGAM DAGING BERDARAH.

TE (Menggarang daging di api lilin.Terdengar dering telepon. TE memperlakukan  daging sebagai telepon)

Aku minta cerai. Aku lebih bejat dari kamu. Aku bercinta dengan mobilku. Itu belum apa apa. Minggu lalu lebih buruk. Aku bersetubuh dengan keledai mati. Sekarang ?! (menarik nafas)
Sekarang gila dan memuakkan.
Barusan bersanggama dengan seorang wanita.Dagingnya sih lumayan. Masih berpulsa. Ya! Kucabik sekerat,sekarang kupakai jadi telepon.

Hei, aku minta cerai. Ya! Salam kompak selalu.

(Menaruh gumpalan daging pada Kitab)

Aku pergi kerja. Agama jangan kemana mana. Jaga rumah. Ini untuk makan malam.

(Te pergi ke sudut. Berpose sensual, mengipasi selangkangannnya sambil menggumamkan lagu wajib. Menyapa seorang pelanggan).

Hai. Cari hiburan ? Saya bisa. Nembak hayu. Ditembak mau.

(Te merayu dengan gerakan tangan).

Fuck you! Kalo lu bawa istri, lu jangan coba nawar, dong. Tai! Memangnya ini konsultasi. Pigi!! Fucking idiot!!

(TE memasukkan kipas ke perutnya. Pada kipas tertulis : OFF WORK)

Aku melacur. Harus melacur untuk menikmati tubuh. Laki laki tak pernah punya tubuh.
Wanita mustahil kunikmati. Seks itu tidak ada.

(TE membuka selubung kepalanya. Di atas kepalanya terpasang beha plastik bening serupa topi. TE membuka behanya.Sekerompol kondom bekas mencurah dari dalam beha)

aku pelacur. tapi aku kolektor  juga. sedekahku, kondom kondom bekas untuk penduduk yang tergusur.  agama masih sayang sama aku.

(TE memungut kondomnya).

artefak artefak satwa.
untuk pembungkus ketupat, atau hiasan pohon natal. untuk oleh oleh hari nyepi juga bisa.

(TE memasangkan kondom di sela sela lilin yang masih menyala. TE  menyanyikan lagu Happy Birthday dalam irama cepat)

make a wish...make a wish. saya ingin punya dua tetek lagi di kepala.

(Cahaya lilin dikipas. Mati. Irama Blues merambat.Sepi. Cahaya Biru. )

dulu ayah bilang, setiap anak lelaki punya empat tetek. dua di kepala, dua lagi di lambungnya. kalau kau mulai kawin, istrimu akan menyedot  perlahan dua tetek di kepalamu, untuk dipindahkan ke dadanya. ritme penyedotan itu senada dengan irama penyerahan slip gajimu setiap bulannya. kesuburan tetek istrimu mencerminkan naik turunnya penghasilanmu.

kadang laki laki berbohong tentang jumlah gajinya. itu artinya, si suami sedang menumbuhkan tetek lain  di kelurahan yang lain. kadang si suami  bersungut waktu menyerahkan gaji.
itulah penyebab non-virus munculnya kanker payudara.

waktu laki laki bersetubuh, dia merasa mendapat kenikmatan dengan menghisap tetek istrinya. padahal, yang dia hisap adalah bekas teteknya sendiri. seluruh kumpulan kebohongan dan ketidakpuasannya. kasihanilah laki laki, sebab seluruh kenikmatan yang diseruputnya adalah puting puting dosanya sendiri.

tempat yang baik untuk beha tetaplah dikepala. di sinilah tempat beha pada awalnya.
laki laki harus percaya, suatu ketika tetek di kepalanya akan tumbuh lagi. beha yang tetap kau pasang di kepala adalah agama :
harapan yang teguh menanti bangkitnya keutuhan empat tetek laki laki.  laki laki harus bikin apa supaya empat teteknya  kembali ?! lelaki bertopi, itu jelas gagasan pesimistik. sama dengan laki laki berambut gondrong. keduanya menyerah, merelakan tetek purbanya telantar mengembara di selasela rusuk wanita. sementara kepala peangnya dipersolek jadi dandanan. lelaki botak pasti narsisistik. dia ingin percaya, kepalanya yang licin dianggap tetek purba yang kembali. tapi dimana putingnya ? selalu ada problem teknis untuk setiap narsisisme.

kata ayah, laki laki harus sering kawin dan getol bercerai lagi. laki laki memang harus kawin. jika tidak, tetek di lambung akan mengurai sel pertumbuhannya, lalu berubah jadi janin.
itu tanda kematian bagi laki laki. dari lubang mana dia mau kluarin itu janin ?!

laki laki harus menyetubuhi wanita, agar tetek di lambungnya bisa berlayar ke rahim betina, jadi janin yang benar, dan membebaskan laki laki dari ajal yang cepat.

tapi jangan kawini wanita terlalu lama. setelah dia menyedot tetek laki-laki, wanita juga akan menyedot kepala laki laki. wanita ditakdirkan selalu antusias terhadap kepala.

sesudah wanita berjanin, segera ceraikan. saat bercerai, tetek wanita berhenti tumbuh. dan laki laki masih punya sisa daya tarik untuk kawin dengan wanita berikutnya. itu seperti siklus di rumah gadai. tapi ayahku mati duluan, sebelum ibu. seluruh pesannya jadi kerdil seperti propaganda partai komunis. ibu tidak berselingkuh dengan sapi. tapi tetek tuanya serupa benar ama gelambir.

namaku te. aku kerasan jadi pelacur.
main dildo, penetrasi ulang-alik.
di mata pelanggan,seluruh dagingku jadi tetek. dihisap, dicecap, disuwir suwir.
 naik turun antara hangat dan sepi.
seluruh daging yang berkecamuk itu bernama yatim piatu.

(TE mengusap air mata di pelupuknya)

he, air mata apaan, nih ? kok sentimentil banget, sih. Tommy nggak gitu, deh.

(TE menyentuh Kitab)

agama, kamu belum makan malam ? nggak doyan daging wanita ? ini masalahku, selalu gagal menebak jenis kelamin agama. tapi aku percaya, tuhan itu satu. supaya gampang membunuhnya.

(TE menghidupkan lagu ‘Possesif’ dari NAIF)







DUA

TERDENGAR DERING WEKER YANG PEKAK DARI DALAM DANDHANG TEMBAGA. TE BERGEGAS KELUAR DARI KELAMBU. MENGENAKAN BEHA BATIK DI DADANYA. BEHA YANG LAIN MELINTANG DARI DADA KE SELANGKANGANNYA. TANGAN KIRI MENJINGJING ASEUPAN. TANGAN LAIN MENGGENGGAM PISAU DAPUR. DERING WEKER MASIH PEKAK. TE MENCURAHKAN ISI ASEUPAN, LALU  MEMBELAH WEKER DENGAN PISAU DAPURNYA. DERING BERHENTI.

TE :

Waktu selalu kekanak-kanakan.  merengek, mendering, minta perhatian. Kapan waktu bisa berubah jadi ibu ? Tak akan pernah. Waktu itu matematik laki laki.Perempuan tak punya waktu. Dimusuhi waktu.
Te, aku ibumu.aku mati nanti malam. Aku siapkan dulu  sarapan pagimu.

Ibu TE merobek beha batiknya.

Bawang, cabai, terasi, tauge. Garam ndak perlu. Cukup air ludah ibu. Mulut ibumu dapur tanpa pintu. Semua gigi diselomot jadi kayu bakar.

Kamu slalu ngece. Masakan ibu tak gurih. Tak manis.sayurnya anyep. Goreng ikannya gosong.
Tempe bosoknya mentah. Nasi liwet ibu kayak krikil. O,thole. Ibumu ini ndak pernah punya waktu buat masak. Hidup perempuan itu kayak daging dendeng. Dikerat tipis tipis. Dibumbui dan dikeringkan di pelipis bapakmu.
Dicelupkan ke jelantah panas. Lalu disantap seluruh keluarga.

Ibu TE merogoh ke dalam beha yang melintang ke selangkangannya. Sekerompol untaian cabe gendot hijau ditarik ke luar dari belahan pahanya.

Te, iki peler bapakmu. Tetep ijo, karena tak pernah ngelayap ke luar kampung. Tak mau jauh jauh dari dandhang ibu. Hampir tiap malam minta dikukus, lalu dibikin ase cabe di ranjang.
Cuma itu menu ngesek senengan bapak. Hidupnya cuma turun ke sawah, naik ke perut ibu. Lalu paginya peler bapakmu tumbuh, ngrompol kayak rambutan.

Setiap mau lebaran ibumu dikasih kutang baru. Katanya untuk ngajeni tetangga yang mau silaturahim. Padahal, ibumu ndak perlu kutang kutang ini. Buat ngantongi apa ? Daging ibu sudah kempes semua. Sebagian diisep bapakmu. Sebagian lagi jadi kamu.

Kutang kutang ini ditempelken ke daging ibu supaya ibumu tetep kelihatan montok sebagai penganan. Bisa dibikin gendar, thiwul, atau abon sapi tiruan. Kutang begini ibu pakai supaya keluarga kita tetep mriyayeni.

Te, ibumu mati nanti malam. Ibu godog kutang ini sampai lodroh. Kamu sarapan dengan sop.
Kalo tetangga tanya, bilang sop ini jamu angin ngengkrem kiriman nenekmu. Tetangga ndak akan minta, sebab mereka tahu kutang nenekmu lebih kesat dari sop ibu.

Te, sehabis sarapan jangan lupa latihan ping pong. Peler bapakmu harus dilatih pontang panting. Itu pelermu juga sekarang.
Wis yo te, ibu tak mati dulu.

(Ibu TE menanggalkan seluruh behanya, dimasukkan ke dalam dandhang. Tubuh TE telungkup menghadap dandhang. Seluruh tubuhnya berbalut perban. TE menggumamkan doa, sambil mengerat dan mencungkili dagingnya yang penuh perban.TE bangkit. Membalikkan dandhang. Buliran beras mencurah menutupi beha)

Selalu ada neraka dalam tubuh kata kata.
Aku tak sanggup menguburnya. Neraka selalu tumbuh. Kadang tampak seperti ibumu, ayahmu, atau aku. Sebuah beha adalah gerbang untuk membuka neraka yang riang di tegel rumahmu.

(TE melemparkan cabe gendot ke arah penonton, seperti memulai permainan ping-pong)

Manusia tidak saling mengenal. Sebuah kisah adalah cara membahasakan kesepian yang tak berjembatan. Tak ada yang lebih buruk dari kisah yang masuk akal. Akal adalah beha.
Beha  adalah kesantunan yang kita bebatkan untuk menahan luapan pelir-pelir yang memuai, dan pedas.

(TE memasang dandhang jadi topi di kepalanya. Bet ping pong terkepal di tangan. Naik ke podium)

Inilah tesisku : silsilah ping pong.
Bola ping pong yang pertama dibikin dari pelir azuma. Azuma itu manusia pertama yang muncul di bumi. Azuma berkaki empat. Tidak punya tangan. Telinga azuma sekaligus mulutnya.
Dua kaki depan azuma lebih panjang dari kaki belakangnya. Untuk berjalan azuma harus menunggingkan bokongnya. Kalau berjalan tidak berbunyi plok plok plok, karena azuma bukan seorang kapiten.

Tulang ekor azuma mengandung pospor berkadar tinggi. Itu sebabnya dua belahan pantatnya nampak seperti gumpalan tetek yang bercahaya. Dari setiap belahan pantatnya tumbuh empat puluh puting susu. Kelak, dari pantat berputing itulah azuma menyusui setiap calon praja penghuni firdaus.

Waktu azuma menginjak akil balig, bermain polo adalah olah raga favoritnya.
Untuk bisa bermain polo, azuma harus mematahkan dulu kaki depannya.
Kini dia punya tulang panjang sebagai tongkat pemukul. Azuma mengoyak segumpal otak kanannya, lalu dibuatnya jadi gundu.

Makin jauh gumpalan otak kanannya dilontarkan, azuma harus lari makin kencang untuk menggawangkan gundu itu ke lubang tengkoraknya. Makin cepat azuma berlari,dadanya yang semula bungkuk jadi makin tegak. Azuma menyelesaikan permainan polonya selama seratus enam puluh tahun.

Permainan lontar otak bikin azuma bosan juga.
Dengan kewarasan setengah terjaga, azuma berpikir : makin jauh aku melontar otakku, makin mahir aku mengkandangkannya lagi, tapi makin tegaklah caraku berjalan. Permainan polo ternyata hukuman. Berjalan tegak membuat hidup azuma selalu harus menatap ke depan. Semua yang tampak di depan adalah keserakahan.

SELESAI












Comments

Popular posts from this blog

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari

Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari SIANG ITU MATAHARI MEMBARA DI ATAS KEPALA.   DI SEBUAH SIDING PENGADILAN TERHADAP SEORANG PEREMPUAN YANG TERTUDUH TELAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN TERHADAP MAJIKANNYA, AKU SEPERTI DIDERA UCAPANNYA.   SEPERTI DILUCUTI HINGGA TANGGAL SELURUH ATRIBUT PAKAIAN BAHKAN KULIT-KULITKU.   PEREMPUAN ITU, BERNAMA SUMARAH, TKW ASAL INDONESIA.   DINGIN DAN BEKU WAJAHNYA.   DAN MELUNCURLAH BAIT-BAIT KATA ITU : Dewan Hakim yang terhormat, sebelumnya perkenankan saya meralat ucapan jaksa, ini bukan pembelaan.   Saya tidak merasa akan melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri, karena ini bukan pembenaran.   Apapun yang akan saya katakana adalah hitam putih diri saya, merah biru abu-abu saya, belang loreng, gelap cahaya diri saya.   Nama saya Sumarah.   Seorang perempuan, seorang TKW, seorang pembunuh, dan seorang pesakitan.   Benar atau salah yang saya katakana menurut apa dan s

Monolog KAUS KAKI BOLONG

Monolog KAUS KAKI BOLONG Karya Hermana HMT PANGGUNG TERASA MAGIS. SUASANA DIBANGUN OLEH BUNYI ALAT MUSIK GESEK YANG DIPADU DENGAN SUARA ORANG-ORANG BERGUMAM. DI TENGAH PANGGUNG TAMPAK SATU SOSOK TUBUH TERBARING KAKU, TERTUTUP KAIN BATIK SEPERTI MAYAT DAN DI BELAKANGNYA BERDIRI SEBUAH KURSI LIPAT. NGIGAU Ini bukan salahku ! Aku tidak tahu menahu soal itu. Sungguh ! Tidak. Tidak! Jangan pandangi aku seperti itu. Aku…aku.. ahhh ! LAKI-LAKI ITU BERDIRI. IA MENATAP KE SEGALA PENJURU, YANG MANA TIAP LIRIKANNYA CUKUP PELAN DAN MENGANDUNG MISTERI Kenapa kalian pandangi aku seperti itu ? Jangan asal, ya ! Memangnya aku ini apa ? Aku bukanlah barang antik yang suka di pajang di etalase-etalase, atau bintang film murahan koliksi para cukong, apalagi doger monyet yang sering ngamen di pasar malam ! Oh, barang kali kalian suka sama aku. Suka, ya ? Heh ! Tidak ? Ah suka. Jangan munafik deh. Tu kan…tu kan suka. MELUDAH Pu

Naskah Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya

Monolog B A H A Y A Karya Putu Wijaya DUDUK DI KURSI MEMAKAI SELIMUT PUTIH, HABIS CUKUR. CAMBANGNYA MAU DI KEROK.             Ketika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya dengan rimba raya. Mengancam. Di mana-mana menganga bahaya. Siapa yang dapat menjamin tukang cukur itu tidak hanya akan merapikan godek dan jenggot kita. Bagaimana kalau dia menorehkan pisah itu ke leherku? BERDIRI, MENGHINDARI BAHAYA. Kita tidak boleh mengambil resiko untuk potong rambut di sembarang tempat. Karena berhubungan dengan tukang potong rambut yang tak dikenal, setiap saat bisa berarti memotong leher. Bahkan dengan tukang cukur yang sudah dikenal pun selalu ada bahaya. Bagaimana kalau pisau yang terhunus di tangannya itu menimbulkan inspirasinya, memanggil kenang-kenangannya kepada perasaan marah, jengk